Selasa, 10 Februari 2015

SEBATIK CINTA DARI TAPAL BATAS

      SEBATIK CERITA DARI TAPAL BATAS
      Cerpen yang saya buat dengan tema yang sama dengan tema yang saya gunakan saat lomba menulis cerpen tingkat kabupaten tahun lalu.
                                                                  Happy reading !                              






                                         SEBATIK CINTA DARI TAPAL BATAS
      Hujan semalam ternyata tak mampu membasuh lukaku,tetesnya semakin mencekam,kini kutahu makna cinta,cinta bukanlah sekedar rasa,tutur kata dan cinta bukan hanya sekedar pengorbanan raga,jika cinta sekedar rasa pasti hati akan tersiksa jika cinta sekedar ucapan pasti manusia dalam kebinasaan,jika cinta sekedar pengorbanan,tiada jiwa merasa aman.Sebab cinta sejati adalah perasaan,terungkap dalam ucapan,tertuang dalam pengorbanan,datangpun tanpa diundang.
     Namun cintaku kali ini bermasalah dengan waktu,cintaku datang saat mimpi besar tergantung 1 mili di depan jariku,dari balik kamar bisu,kurangkul erat kedua lutut penopang tubuh ini sembari berbisik dalam keterpurukan batin yang tak terukirkan
       "Ya tuhan...Sanggupkah aku berdiri tegak dengan lutut yang tegar untuk terus berjalan menerobos perjalanan cinta dan karirku?"
     Cintaku dipertemukan bukan saja disaat yang tidak tepat,namun juga ditempat yang tidak kubayangkan,yaitu di tapal batas.
     Adik laras panjang kini menjadi sahabat dekatku,mataku terbelalak seakan sedang kulihat munisi mencuat melalui jiwa korsanya hendak menabrak dadaku,aku terdiam tanpa kata,tanpa suara,kuputuskan pergi dari perbatasan negeri ini.Dan pulang ke asalku,Jakarta.
     Semua nostalgia itu telah aku kubur,Tugas pun membawanya berlabuh jauh dariku hingga tak lagi mampu kulihat dunianya,terpisah oleh jarak dan waktu,dipisahkan oleh selaksa perbedaan
      Tapal batas Indonesia-Malaysia menjadi dunianya,Jakarta menjadi duniaku.
      Kedisiplinan menjadi hariannya,Jepretan camera dan tumpukan berita menjadi harianku
      Jiwa korsa menjadi covernya,Jiwa creative menjadi coverku
Kini tak ada lagi cerita tentang cinta.Diatas kertas biru aku kembali merajut asa menguraikannya dalam cita,kutanggalkan gita cinta dan kurajut asaku.
   
      Seiring detak dan putaran jarum jam,kerja keras,kedisiplinan dan kegigihan yang kutorehkan ayah dalam hidupku menghantarkanku pada puncak kejayaan,seperti kata ayah dahulu setiap manusia memiliki masa,dan masa akn memilih manusianya,dan kurasa ini adalah masaku,kuberangkatkan ayah ibu ke tanah suci,hampir seluruh organisasi melibatkannku,Palang Merah Indonesia,diplomat,dan tentu saja pekerjaan utamaku sebagai wartawan.
      Cinta tak lagi urusanku kala itu,di tengah kesibukanku,Lelaki itu,prajurit muda yang ingin sekali kulupakan kembali menggoyah hatiku,cinta yang dulu yang pernah dilebatkannya padaku ditawarkannya kembali,untuk di pintal lagi dengan cara lebih dewasa.
                   (Bersambung.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar